• berasx.blogspot.com

    selamat datang di website ini....

  • kacangx.blogspot.com

    selamat datang di website ini....

  • coklatx.blogspot.com

    selamat datang di website ini....

Selasa, 14 Oktober 2025

Makna bahasa 8


 n penahapan 

biasanya ditemukan dalam wacana tuturan dan prosedur. Kejadian­

kejadian yang diperikannya dapat mengikuti satu sama lain dalam 

waktu berurutan, atau teIjadi dalam waktu bereamaan. Kejadian­

kejadian itu dapat juga dikelompokkan sedemikian rupa sehingga 

urutannya lebih merupakan penahapan yangmengarah pada TUJUAN. 

Hubungan pendukung yang kronologis lainnya akandibahas di 

dalam bab 28. 

Penyimpangan urutan 

Pengurutan KEJADIAN kronologis dapat juga menimbulkan 

masalah yang khusus bagi peneIjemah. KEJADIAN dalam sebuah 

wacana mengacu kepada kejadian dalam situasi kehidupan nyata yang 

teIjadi dalam urutan tertentu. Akan tetapi, kejadian-kejadianini sering 

disusun kembali dalam kalimat atau paragraf gramatikal sedemikian 

rupa sehingga urutannya tidak sama seperti urutan nyata (yang kro­

nologis). Kalimat la meninggal tanpa anak harus diteIjemahkan ke 

dalam bahasa Wahgi, Papua Nugini, dengan Thnpa memiliki anak, ia 

meninggal. Dalam bahasa Duna, kalimatla membalut lukanya sesudaA 

mengobati luka itu harus diteIjemahkan dengan Sesudah menuangkan 

obat pada luka itu, ia membalut lukanya. Ada baiknya sebelum mener­

jemahkan, peneIjemah secara sadar memikirkan urutan kejadian yang 

diacu. Jika beberapa kejadian bukan dalam urutan kronologis, apa yang 

harus dilalrukannya dalam bahasa sasaran? Apakah urutan itu harus 

diubah? Atau apakah ada bentuk gramatikal khusus yang menyatakan 

bahwa klaus a atau kalimat itu tidak kronologis? Bentuk bahasa sasaran 

apa yang paling wajar? 

Ada juga proposisi atau gugus proposisi dalam paragraf semantis 

yang tidak disajikan dalam urutan kronologis. Contohnya ialah kilas 

balik (flashbacks), yang umum dalambeberapa bahasa. Bentuk khUSUB 

gramatikanya menUl\iukkan adanya kilas balik ke satu kejadian yang 

tejadi sebehIm kejadian-kejadian lain yang disebutkan dalam cerita itu. 

Dalam paragraf berikut, KEJADIAN utamanya tidak kronologis: 

fI" 

Yanto masuk ke dalam rumah, meninggalkan orang-orang ber­

diri di luar kedinginan. la kembali lagi, sesudah berunding 

dengan istrinya dan melukiskan kepadanya seluruh kejadian itu. 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 299 

Perhatikan, urutan dalam paragraf itu yaitu masuk, meninggalkan, 

kembali, berunding, dan memberitahukan, tetapi urutan kronologis se­

benarnya dari KEJADIAN itu ialah meninggalkan, masuk, membe­

ritahukan, berunding, dan kembali. Dalam bahasa tertentu, urutan kro­

nologis lebih wajar, seperti: 

Yanto meninggalkan orang-orang berdiri di luar kedinginan 

dan masuk ke dalam ruinah. Ia melukiskan kepada istrinya 

seluruh kejadian itu, berunding fkngannya, kemudi.an kembali 

menghadapi orang-orang itu lagi. 

Dalam memerikan masalah ini, Deibler dan Taylor (1977:1064) me­

ngatakan: 

Sehubungan fkngan kebutuhan untuk mempertahankan 

urutan kronologis dalam kebanyakan bahasa Papua Nugini, ada 

kesulitan dalam menangani kilas balik, karena kilas balik itu 

tidak dapat dipindahkan fkngan menyusun kembali urutan 

kejadiannya. Dalam hal ini, orang harus berhati-hati mem­

perkenalkan kilas balik dengan kata untuk menyatakan "sebelum­

nya" atau "sebelum kejadian itu terjadi." Dalam beberapa ba­

hasa, kilas baliknya dipisahkan dengan mengulangi klausa yang 

mendahului kilas balik itu. 

Jika urutan gramatikal tidak. kronologis, penerjemah perlu menge­

t,ahui apakah urutan itu perlu diubah dalam bahasa sasaran. Akan te­

tapi, jika KEJADIANnya kronologis, biasanya wacana itu lebih mudah 

diikuti. 

Hubungan penambahan yang nonkronologis 

Kebanyakan hubungan yang nonkronologis merupakan variasi pen­

dukung-INDUK. Akan tetapi, ada beberapa hubungan yang meru­

pakan hubungan penambahan: yang satu disebut penggabungan dan 

yang lainnya pe:milihan. 

Dalam contoh-contoh sebelumnya, hubungan penambahan dijelas­

kan melalui kejadian-kejadian kronologis. Akan tetapi, dalam peng­

gabungan, proposisinya tidak kronologis. Kedua kejadian itu sama pro­

minennya dan tidak ada pilihan antara yang satu atau yang lainnya. 

Kedua-duanya benar. Misalnya, dalam kalimat Mary mengerjakan pe­

kerjaan rumah tangga dan Jean memasak terdapat dua proposisi yang 

prominensinya mutlak seimbang dan yang hanya sekedar digabungkan. 

Oleh karena itu, penggabungan terjadijika dua proposisi berada dalam 

hubungan sejajar satu terhadap yang lainnya dalam w~cana. Pertama, 

300 

Wuanya sama prominen; kedua, keduanya tidak berhubungan secara 

kronologis; dan ketiga, kedua kejadian itu sama-sama berlaku, artinya, 

tidak ada pemilihan. 

Contoh lain ialah (Barnwell 1980:192): 

1. Ia mengajar kimia, dan menulis fiksi ilmiah dalam waktu 

senggangnya 

Kalimat ini terdiri dari dua proposisi, fa mengajar kimia dan Ia me­

nulis fiksi ilmiah pada waktu senggangnya. Kedua proposisi itu 

digabungkan dan sama prominennya. 

2. Anak-anak memecahkan perabot porselin itu, menyepak lukisan 

itu, dan menjatuhkan permen yang lengket ke atas karpet terbaik 

itu. 

Kalimat ini menggabungkan tiga proposisi - Anak-anak memecah­

kan perabot porselin itu, Anak-anak menyepak lukisan itu, dan Anak­

anak menjatuhkan permen yang lengket ke atas karpet terbaik itu. Tidak 

ada proposisi yang lebih prominen dari yang lainnya, tidak ada hu­

bungan kronologis dan tidak ada pemilihan. 

Bahasa Keley-i, Filipina (data dari Richard Hohulin) mempunyai dua 

kata yang sepadan dengan dan, serta mempunyai banyak fungsi untuk 

menggabungkan. Akan tetapi, jika digunakan dalam suatu daftar atau 

suatu deret, yang satu digunakanjika gagasannya berhubungan secara 

semantis, dan yang lainnya digunakan jika gagasannya tidak berhu­

bungan secara semantis. Dalam hal ini, kedua kata itu berfungsi untuk 

menyusun informasi. 

Hubungan penggabungan tidak hanya antarproposisi, tetapi juga 

antargugus proposisi, antarparagraf semantis, antar episode; dst. 

Pemilihan juga nonkronologis dan termasuk jenis penambahan. 

Dalam pemilihan, yang berlakuialah proposisi yang satu atau proposisi 

lainnya. Misalnya, dalam kalimatApakah anjing itu hidup atau mati? 

terdapat dua proposisi,Apakah anjing itu hidup? danApakah anjing itu 

mati? Hubungan antara kedua proposisi ini merupakan sejenis pe­

milihan. Artinya, orang harus membuat pilihan antara kedua proposisi 

itu. Tidak ada unsur waktu, jadi proposisi-proposisi itu nonkronologis. 

Yang satu tidak mendukung yang lainnya. Keduanya hanya 

merupakan alternatif. Contoh lainnya yaitu: 

1. Pergi cepat atau kalau tidak, tutup pintu. 

Pergi cepat dan tutup pintu itu merupakan dua proposisi. Hubungan 

antarkeduanya. yaitu sejenis pemilihan. 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 301 

2. Sabtu sore John selalu bermain gol{'atau sepakbola. 

Kalimat inijuga mempunyai dua proposisi, yai,tuJohn selalu bermain 

golf Sabtu sore dan John selalu bermain sepakbola Sabtu sore. Akan 

tetapi, kedua proposisi itu dihubungkan melalui pemilihan yang ditan­

dai oleh kata atau dalam bentuk gramatika bahasa Indonesia. 

Pemilihan dinyatakan dengan pelbagai bentuk lahir yang berbeda. 

Dalam bahasa Aguaruna, Peru, digunakan kata atsa, yang makna 

primemya ialah tidak. Perhatikan contoh berikut: 

Wetatmek alsa, pujustatmek. 

Akan-kamu-pergi? tidak akan-kamu-meninggalkan? 

Apakah kamu akan pergi atau tinggal di sini saja? 

Dalam bahasa Gahuku, Papua Nugini, kedua klausa akan berdam­

pingan (juxtaposition) dan yang pertama merupakan pertanyaan dan 

yang kedua pemyataan. Perhatikan contoh berikut. 

Vitape, vamitane. 

pergi-akan-kamu? pergi-tidak-akan-kamu 

Apakah kamu akan pergi atau tinggal di sini saja? 

Bahasa Gahuku juga menggunakan kombinasi sebagai berikut: 

Apakah kamu sakit? Kamu capek, yang berarti Apakah kamu sakit, 

atau apakah kamu capek? dan Pergi, jika kamu tidak mau berlaku itu, 

duduk, yang berarti Pergi atau duduk! 

Dalam bahasa Ese Ejja, Bolivia (Shoemaker, Shoemaker,dan Larson 

1978:8), pemilihan dinyatakan dengan kata pojja'a, yang berarti 

mungkin, dalam klausa kedua. Perhatikan contoh berikut: 

1. Eye poqui sa-poani cuei yasijje, bai yasiffe 

Saya pergi ingin sungai ke danau ke 

Saya ingin pergi ke sungai dan atau ke danau. 

pojja'a. 

mungkin. 

2. Ache shono miya poeje'yo so'o? E'e pojja's 

Yang-mana waktu kamu datang- akan kecil? Ya mungkin 

poe sa po ajja. 

datang ingin (kata bantu) tidak. 

Apakah kamu ingin kembali, atau apakah kamu tidak ingin 

kembali? 

302 

Hubungan pemilihan juga berlaku untuk pelbagai tingkat hierarki 

semantis. 

LATIHAN - Hubungan Penambahan dan 

Hubungan Pendukung 

A. Sebutkanlah kedua proposisi dalam tiap kalimat berikut. Salah 

satu proposisi itu membatasi sebuah konsep dalam proposisi 

lain. Konsep manakah itu? 

1. Orang yang tinggal di seberang jalan itu pergi keJja pagi­

pagi. 

2. Yanti tinggal di rumah di sudut jalan itu. 

3. Kereta yang berangkat jam 7 pagi itu sedang menuju ke 

Surabaya. 

4. Bapak Sardjono, profesor di Universitas itu, akan datang 

makan siang di sini. 

5. Saya pergi ke toko tempat anak Bays bekeJja. 

B. Yang mana dari proposisi yang membatasi di atas mempunyai 

peran identifikasi (pengenalan), yang mana mempunyai peran 

deskripsi (pemerian)? 

C. Dalam tiap bentuk berikut, bagian yang mengkodekan proposisi 

yang membatasi diberikan dalam huruf miring. Sebutkanlah 

apakah peran proposisi yang diwakilinya merupakan iden· 

tifikasi, deskripsi, komentar, atau parentesis. 

1. Para pelajar, yang selalu bersikap sopan santun, pergi 

menghadap kepala sekolahnya. 

2. Orang yang ingin menjadi pemimpin harus bersedia 

melayani. 

3. Latihan yang dikerjakan para murid hari ini tidaklah 

sulit. . 

4. Latihanyang sangat suZit itu harus dikumpulkan hari ini. 

5. Latihan yang tidak suka saya kerjakan harus dikumpulkan 

hari ini. 

6. Latihan, saya penasaran siapa yang mendapatkan ide itu, 

harus dikumpulkan hari ini. 

7. Matahari, yang telah bersembunyi di balik gumpalan 

awan itu, tiba-tiba muncul. 

8. Tahukah kamu siapa orang yang berada di depan rumali 

saya? 

HUBUNGAN PENAMBAHAN DAN PENDUKUNG 303 

9. Tukang roti di sudut jalan, ia membuat roti yang enak, 

tidak berjualan dua hari. (dua proposisi yang membatasi) 

10. Gadis yang SUM tersenyum itu memberitahukan kami. 

D. Tiap kalimat berikut terdiri dari dua proposisi atau lebih. Sebut­

kan dan tuliskan proposisi itu. Apakah hubungan antarproposisi 

itu tnerupakan penambahan atau pendukung-INDUK? 

1. Ia mengeluarkan kucing itu sebelum. menutup pintu depan. 

2. Ketika matahari tenggelam, John menjadi takut. 

3. Ia makan cepat-cepat karena sangat lapar. 

4. Ia makan cepat-cepat, segera mencuci piring, dan pergi 

dengan tergesa-gesa. 

5. Waktu tinggal di London, Lusi berlemu dengan saya. 

6. Jika lulus ujian, ia akan berijazah penuh. 

7. Cahaya kilat diikuti bunyi halilintar yang keras. 

S. Petani itu membajak sawah dan menanaminya dengan 

padi. 

9. Sebelum. meletakkan kembali piring-piring ke dalam 

lemari, ia mencuci rak itu dengan teliti. 

10. Yati pergi ke kota untuk membeli bahan makanan. 

E. Tiap kalimat berikut terdiri dari dua proposisi atau lebih. Sebut­

kan dan tuliskan proposisi itu. Apakah hubungan .antarproposisi 

itu merupakan hubungan waktu berurutan, waktu bersa­

maan, atau penahapan (langkah-TUJUAN)? 

1. '!bno bermain gitar, sedangkan Tini menari. 

2. Bus itu akan berhenti di daerah pasar dan kemudian 

menuju terminal bus. 

3. John makan pagi, meninggalkan rumah, pergi ke kantor, 

dan mulai bekerja. 

4. Kapten itu mengawasi sewaktu prajuritnya berlatih. 

5. Ia membuat sebuah kapal terbang keeil, sesudah dengan 

hati- hati ia melipat kertas itu, memotong ujungnya, dan 

meletakkan peniti di ujungnya. 

6. Tini pergi ke pasar, membeli sayuran, dan memasaknya. 

F. Tiap kalimat berikut terdiri dari dua proposisi atau lebih. Sebut­

kan dan tuliskan propsisi itu. Apakah hubungan antarproposisi 

itu merupakan penggabungan atau pemilihan? 

1. Joko tidak suka anjing, dan kakaknya tidak suka kucing. 

2. Setiap hari Sabtu Santo pergi memancing atau berburu. 

304 

3. Maria memasak dan Yanti mencuci piring. 

4. Ia mengajar kimia dan menulis fiksi ilmiah dalam waktu 

senggangnya. 

6. Marni mungkin akan ke sini atau pergi menonton. 

G. Padankanlah soal di bawah ini dengan salah satu dari lima hu-

bungan yang diberikan. 

a. waktu beruru.tan 

b. waktu bersamaan 

c. langkah-TUJUAN 

d. penggabungan 

e. pemilihan 

1. Pengecatannya sudah selesai dikerjakan dan pipa leding 

sudah dipasang 

2. Ia pergi berjalan-jalan sesudah menonton film. 

3. Saya mungkin pergi ke kota atau bekerja di kebun saja. 

4. Sewaktu Linda membersihkan rumah, saya pergi mem­

beli bahan makanan. 

5. Ia mengeluarkan kertas dan pensil, menyesuaikan lam­

punya, dan mulai menjawab soal ujian. 

H. Sekarang lihatlah kembali latihan di atas, dengan memikirkan 

analisis yang Anda kerjakan untuk proposiei dan hubungan. 

Coba terjemahkan tiap kalimat di atas ke dalam bahasa lain yang 

Anda kuasai. (Mungkin Anda harus menggunakan lebih dari 

sebuah kalimat bahasa sasaran jika itu kedengaran lebih wajar.) 

Bab26 

Hubungan Orientasi dan 

Hubungan Penjelasan 

Pelbagai hubungan pendukung-INDUK yang nonkronologis dibagi 

menjadi tiga jenis: orientasi, penjelasan, dan logis. Dalam hubung­

an-hubungan ini, ada konstituen INDUK dan konstituen pendukung. 

Konstituen pendukung merupakan konstituen yang mengarahkan, 

menjelaskan, atau membuktikan. Berikut ini diperlihatkan apa yang 

dilakuk~n satuan pendukung dalam hubungannya dengan satuan 

INDUK: 

1. hubungan orientasi: satuan pendukung mengarahkan de­

ngan menambah informasi yang ada hubungannya dengan 

waktu, pokok persoalan, dll. 

2. hubungan penjelasan: satuan pendukung menjelaskan de­

ngan menerangkan lebih jauh atau mengungkapkan kembali. 

3. hubungan logis: satuan pendukung mengusnlAan satuan 

induk dengan memberikan alasan, dasar, dU. 

Bab ini akan membahas hubungan orientasi dan hubungan pen­

jelasan, sedangkan hubungan logis akan dibahas di bab berikutnya. 

L HubUDgan orientasi 

Dalam hubungan orientasi, ada dua jenis hubungan utama, yaitu 

hubungan keadaan-INDUK (circumstance-HEAD) dan pengarah-ISI 

(orienter-CONTENT). Masing-masing hubungan ini terdiri dari peran 

pendukung dan INDUK. 

306 

A. &adaan -INDUK 

Keadaan-INDUK merupakan hubungan yang keadaannya membe­

rikan latar belakang informasi tentang satuan INDUK. Keadaan (cir­

cumstance) kadang-kadang juga disebut latar (setting) jika mengacu 

kepada satuan yang lebih besar. Keadaan memberikan informasi sehu­

bungan dengan tempat, waktu, atau keadaan lain. Perhatikan penje­

lasan berikut. 

LTempat 

Dalam kalimat berikut, tempat diungkapkan dalam propo8181 

keadaan: Ketika berjalan di pasar, ia melihat Budi. Ada dua proposisi: 

1. ia beIjalan di pasar, dan 

2. ia melihat Budi. 

Proposisi pertama meru.pakan keadaan, karena proposisi itu mem­

beritahukan tempat teIjadinya kejadian utama. Proposisi kedua 

meru.pakan proposisi utama dan meru.pakan INDUK gugus proposisi. 

Proposisi pertama mendukung proposisi kedua dengan mengungkap­

kan hal yang dilakukan partisipan itu pada saat berlangsungnya 

KEJADIAN utama. 

[ keadaan --(1) Ia sedang beIjalan di pasar. 

INDUK (2) Ia melihat Budi. 

Kalimat Ketika menuju hulu sungai, ia melihat seekor buaya besar 

juga mempunyai dua proposisi. fa pergi ke hulu sungai menunjukkan 

-tempat fa melihat seekor buaya besar yang merupakan INDUK. 

[ keadaan -- (1) Ia menuju huIu sungai. 

INDUK (2) Ia melihat seekor buaya besar. 

2. Waktu 

Waktujuga diungkapkan dalam proposisi keadaan. Proposisi ini me­

nunjukkan waktu terjadinya kejadian INDUK. Misalnya, dalam 

kalimat Sewaktu matahari mulai terbit ia meninggalkan kampung 

halamannya, proposisi perta,ma matahari mulai terbitmemberitahukan 

kita tentangwaktu terjadinya proposisi INDUKfa meninggalkan kam­

pung halamannya. Hubungan antara kedua proposisi itu yait. 

keadaan-INDUK. Yang pertama yaitu keadaan, dan yang kedua 

INDUK. 

HUBUNGAN ORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 307 

[keadaan--<l) Matahari mulai terbit. 

INDUK ---(2) Ia meninggalkan kampung halamannya. 

3. Latar belakang 

Latar belakang juga diungkapkan dalam proposisi keadaan. Per­

hatikan eontoh berikut (proposisi keadaannya dalam hurufmiring): 

1. Ia sedang menyetrika bajupada saat roti itu dipanggang. 

2. Ia ke luar dari rumah dengan mengenakan pakaian compang­

camping. 

3. Ia meningggalkan Surabaya tanpa mengetahui ke mana ia 

harus pergi. 

Hubungan keadaan-INDUK kadang-kadang dibagi menjadi ketiga 

jenis tersebut di atas, yaitu tempat-INDUK, waktu-INDUK, dan Iatar 

belakang-INDUK (lihat Barnwell 1980:206). Dalam eontoh selanjut­

nya tidak akan diulang lagi perbedaan penamaan ini. 

B. Pengarah-ISI 

Dalam hubungan pengarah-ISI, proposisi yang merupakan pengarah 

dipakai untuk memperkenalkan lSI. Proposisi pengarah merupakan 

proposisi seperti Badu berkata kepada Thti ... , Badu mendengar. .. , Badu 

menginginkan ... , Badu mengingat ... , Badu bermaksud... KEJADIAN 

utama dari pengarah yaitu KEJADIAN wieara, atau KEJADIAN per­

sepsi, kognisi, volisi (kehendak), evaluasi. Berikut ini diberikan bebe­

rapa kata kejadian dari tiap jenis tersebut di atas (disadur dari Beek­

man, Callow dan Kopesec 1981:93). 

JENIS 

wieara 

persepsi 

kognisi 

volisi 

evaluasi 

CONTOH KATAKEJADIAN 

mengatakan, memerintah, memperingatkan, 

menjanjikan 

melihat, mendengar, merasa, meneium, mencicipi 

mengetahui, mengingat, berpikir, menyetujui 

mernutuskan, menghendaki, menginginkan, ber­

maksud 

bagus, benar, salah 

308 

Dalam kalimatAnak itu berkata bahwa ia lapar, proposisiAnak itu, 

berkata merupakan pengarah, dan proposisi Anak itu lapar merupakan 

lSI. Lebih tepatnya lagi, kalimat ini ha~ dinyatakan dalam bentuk 

persona pertama Saya lapar, karena anak. itulah yang berkata. Bahasa 

tertentu memungkinkan wicara langsung (direct speech) dan wieara 

tidak langsung (indirect speech). dan bahasa lain hanya menggunakan 

kutipan langsung (lihat him 353--354). Bahasa Indonesia menggunakan 

kedua-duanya: l)Anak itu berkata, "Saya lapar" dan 2)Anak itu berkata 

bahwa ia lapar. 

Proposisi Anak itu berkata merupakan pemyataan. Pengarahnya 

bisa berupa proposisi pemyataan, pertanyaan, atau perintah. Per­

hatikan contoh berikut: 

PROPOSISI 

1. [garah-APakah ia mena-

nyakan (sese-

orang)? 

lSI "Apakah Badu 

akan pergi ke 

kota?" 

2. [pengarah-KamU mengata­

kan kepadanya. 

lSI "Jangan pergil" 

BENTUKBAHASAINDONESU 

Apakah ia ~nanyakan 

apakah Badu akan pergi ke kom? 

Katakan kepadanya jangan pergi/ 

Perhatikan contoh berikut yang pengarahnya berupa wicara tidak 

langsung: 

1. [pengarah-Lukas berpikir 

lSI bahwa '!Uti telah 

pergi. 

2. [pengarah-Tuti mengingin­

kan 

lSI bahwa kamu da­

tang. 

3. [pengarah -Anak-anak meli­

hat 

lSI bahwa mereka 

pergi. 

Lukas berpikir bahwa Thti 

telah pergi .. 

Thti ~nginginkan kamu 

datang. 

Anak-anak ~lihat ~reka 

pergi. 

HUBUNGAN ORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 309 

Semua contoh di atas memperlihatkan pengarahnya dalam bentuk. 

proposisi kejadian. Sebenamya pengarah dapat juga berupa proposisi 

keadaan. Pemyataan seperti tidaklah bagus; memang benar bahwa, 

dan perlu ... bahwa juga dapat dipakai sebagai pengarah untuk. lSI yang 

mengikutinya. Perhatikan contoh berikut: 

1. [pengarah -Tidaklah bague 

lSI bahwa Tuti pergi 

ke kota hari ini. 

2. [pengarah-Memang benar 

lSI bahwa kemarin 

hujan. 

3. [pengarah-Tidak mungkin 

lSI bahwa mereka 

menyelesaikannya 

hari ini. 

'IIdaklah bagus bagi Th.ti untuk 

pergi ke kota hari ini. 

Memang benar kemarin 

hujan. 

'IIOOk mungkin bagi mereka 

untuk menyelesaikannya 

hari ini. 

Konstituen pengarah sering sekali berupa sebuah proposisi, sedang­

kan ISlnya berupa satuan yang sangat besar dan rumit, bahkan ka­

dang-kadang merupakan wacana sematan. 

Secara ringkas, peran orientasi dapat didiagramkan sebagai berikut. 

Subkelompok yang paling kanan tidak digunakan selanjutnya, dan 

hanya disajikan di sini untuk. memperlihatkan jangkauan hubungan 

orientasi yang luas. Hanya keadaan-INDUK dan pengarah-ISI saja 

yang akan digunakan dalam contoh. 

orientasi 

~tempat 

keadaan . waktu 

latar belakang 

~wicara persepsi pengarah kOgIlisi volisi evaluasi 

Contoh hubungan orientasi berikut diambil dari teks bahasa Ese Ejja, 

Bolivia (Shoemaker, Shoemaker, dan-Larson 1978). Terutama per­

hatikan 1) bentuk Bahasa Ejja, 2) cara penulisan proposisinya, dan 3) 

penerjemahannya. 

310 

1. Ese E.ija: Jjono ishi majje, mique bacua manoje-yo. 

Ayahuascaminum sesudah, -mu anak akan-meninggall 

[Waktu --- Sesudah saya minum ayahuasca. 

INDUK---Anakmu akan meninggal. 

Terjemahan: Sesudah saya minum obat ayahuasca, anakmu akan 

meninggal. 

2. Ese E.ija: Ecuana mijo jjashahuabaquinani poe'yani. 

Kami kamu-tentang memikirkan kamu-datang 

[ke.d.an --Kami memikirkan kamu. 

INDUK Kami datang. 

Terjemahan: Karena memikirkan kamu terus menerus, ],tami 

datang mengunjungimu. 

3. Ese E.ija: "Achejje quea-nee?" huahuiajja canaje Senora 

Di-mana luka bertanya ia Nyonya 

Cristaniya. 

Crystal. 

I lSI ----- Mana yang sakit? 

'-- pengarah-- Nyonya Crystal bertanya. 

Terjemahan: Nyonya Crystal bertanya, "Mana yang sakit?" 

II. Hubungan penjelasan 

Hubungan penjelasan terbagi dua subkelompok berdasarkan ada 

tidaknya tumpang tindih isi informasi dari kedua satuan yang ber­

hubungan itu. Jika informasinya tumpang tindih, hubungannya adalah 

INDUK-pengungkapan kembali. Pengungkapan kembali itu mung­

kin berupa pernyataan yang sepadan, amplifikasi (perluasan atau pen­

jelasan), atau pernyataan yang lebih spesifik atau generik. Oleh karena 

itu, ada tiga hubungan: INDUK-padanan, INDUK-amplifikasi', 

GENERIK-spesifik. Jika tidak ada tumpang tindih informasi, hubung­

annya berupa INDUK-perbandingan, INDUK- ilustrasi, INDUK;. 

HUBUNGAN ORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 311 

cara, dan kontras-JNDUK. Hubungan penjelasan disajikan sebagai 

berikut: 

penjelasan 

JNDUK-padADan 

pengungkapan ~INDUK-ampUfikui 

kembali GENERIK-spesifik 

INDUK-perbandingan 

tanpa pengung-~ INDUK-ilustrasi 

kapan kembali ~ INDUK-cara 

INDUK-kontru 

Bagan 26.3 

A. Penjeluan dengan pengungkapan kembaU 

L INDUK-podanan 

INDUK-padanan menunjukkan bahwa kedua satuan itu menyam­

paikan makna yang sama. Keduanya sepadan. Proposisi kedua hanya 

merupakan pengungkapan kembali dari proposisi pertama. Pengung­

kapan kembali itu bisa bempa ungkapan sepadan, pengingkaran (an­

tonim), atau majas. 

Padanan sering berfungsi untuk menambah prominensi (prominence) 

dengan pengulangan. Pembicara ingin memberikan kesan yang lebih 

kuat kepada pendengarnya. Perhatikan kalimat berikut dan analisis 

proposisinya. Kedua proposisi itu dalam hubungan padanan (Barnwell 

1981): 

a. Bersukacita dan berRembiralah. Kedua proposisi Kamu ber­

gembiradan ,Kamu bersukaczta merupakan dua cara untuk. 

, mengatakan hal yang sama. Kedua proposisi ini sepadan. 

b. Saya tercengang, heran, dan kaget. Kalimat ini mempunyai 

tiga proposisi yang hampir bersinonim, yaitu saya tercengang, 

saya heron, dansaya kaget. Ketiga proposisi itudalam hubung­

an yang sepadan satu lain. 

c. Saya mengatakan yang sebenarnya, saya tidak berbohong. 

Kedua proposisi yang diwakili oleh kalimat ini juga dalam 

hubungan padanan, karena proposisi kedua tidak berbohong 

sama maknanya dengan yang pertama mengatakan yang 

sebenarnya. Informasinya sama, tetapi diungkapkan kembali 

dengan menggunakan antonim dan pewatas (modifier) negatif. 

Contoh lain yaitu dalam kalimatPercayalah danjangan ragu. 

312 

[INDUK Percayalahl 

pengungkapan kembali -Jangan ragu-ragul 

Banyak contoh untuk pengungkapan kembali dengan penggunaan 

majas yang berbeda terdapat dalam puisi Ibrani. Misalnya, Mazmur 

18:5 berbunyi, 'lhli-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jaha­

nam telah menimpa aku. Dalam klausa pertama, tali-tali maut me­

rupakan citra yang digunakan untuk memerikan kematian. Dalam 

klausa kedua, banjir-banjir jahanam merupakan cara lain untuk mem­

bicarakan kematian. Di sini juga ada padanan dengan pengungkapan 

kembali informasi yang sama. 

2. INDUK-ampliJikCUli 

INDUK-amplifikasi merupakan hubungan antara dua buah satuan 

komunikasi. Salah satu satuan komunikasi ini menyampaikan Bemus 

infonnasi yang sudah terdapat dalam satuan komunikasi lainnya, ber­

sarna dengan informasi tambahan. Infonnasi tambahan ini dapat men­

jelaskan hal seperti partisipan, waktu, tempat, atau cara. Misalnya, 

kedua proposisi yang diwakili oleh kalimat Ia buka praktek dokter;ia 

praktek di klinik di kota melukiskan hubungan ini. Klausa yang kedua 

merupakan amplifikasi dari Ia praktek dokter. 

[ INDUK - Ia merawat (orang yang sakit) dengan obat. 

amplifikasi-Ia merawat (orang) di klinik di kota. 

3. GENERlK-spesiJik 

Dalam hubungan GENERIK-spesifik, bagian spesifik memberikan 

rincian yang lebih tepat. Satuan GENERIK mencakup infonnasi yang 

berada dalam satuan spesifik. Dengan kata lain, proposisi generik men­

cakupunsur lebikal yang terdapat dalam proposisi spesifik (lihat 

hIm. 70). Dalam contoh berikut, proposisi pertamanya mencakup kata 

potong, dan yang kedua mencincang, yang merupakan jenis spesifik 

memotong. 

GENERIK--Ia memotong-motong daging itu. 

spesifik --Ia mencincang daging itu hingga halus 

sekali. 

HUBUNGAN ORIENTAS1 DAN HUBUNGAN PENJELASAN 313 

Proposisi GENERIK dapat memperkenalkan serangkaian proposisi 

epesifik. Perhatikan, misalnya, Badu bekerja keras sepanjang hari. 1a 

memotong rumput, mengecat pagar, menanam sayuran, dan meng­

angkat air. Kedua kalimat ini mewakili lima proposisi. Proposisi per­

tama Badu bekerja keras sepanjang hari meru.pakan proposisi $enerik. 

Proposisi-proposisi yang mengikutinya 1a memotong rumput, ia me­

ngecat pagar, ia menanam sayuran, dan 1a mengangkat ailr merupakan 

empat proposisi spesifik yang digolongkansebagai "jenis pekerjaanyang 

dilakukan di kebun." Struktur proposisi-proposisi ini dapat didiagram­

kan sebagai berikut. 

GENERIK Badu bekerja keras sepanjang hari. 

-{ 

apesifik I--Badu memotong rumput. 

spesifik 2 --Badu mengecat pagar. 

Spesifik 

8p8sifik 3 --Badu menanam sayur. 

spesifik 4-- Badu mengangkat air. 

Kadang-kadang rinciannya diberikan terlebih dahulu, kemudian 

diikuti oleh proposisi GENERIK Dalam bahasa Indonesia dapat juga 

dikatakan Badu memotong rumput, mengecat pagar, menanam sayur, 

dan mengangkat air. 1a bekerja keras sepanjang hari. 

Beberapa contoh penjelasan dengan pengungkapan kembali dapat 

dilihat di bawah ini. Perhatikan dengan cermat bentuk teke sumber, 

proposisinya dan terjemahan bahasa Indonesianya. 

a. Ese Jlijja E'e de, eya queea eoija misi; quea 

Ya sebetulnya, saya adalah mata buram adalah 

eoija 

mata 

apo. 

gelap 

[

peng--eBrah ---I'ND--U-K--- Memang benar. 

--- Mata saya melihat samar-samar. 

lSI 

padanan --Mate saya melihat kegelapan. 

Terjemahan: Memang benar bahwa saya tidak dapat melihat de­

ngan jelas. Semuanya gelap. 

314 

b. Ese Jqja: Majoya Queba cuia canaje, 

Kemudian Si-Tuli menabrak ia-melakukan 

jaabichaquinaje, eshe ma' cum 

menjatuhkan kehidupan tanpa menabrak 

mee a canaye, ana-aiya. 

menyebabkan melakukan ia-melakukan sapi-itu 

GENERIK Sapi itu menabrak Si Tuli. 

-{ 

BpeBifik 1 --Sapi itu meqjatuhkan Si 'fuli. 

Irpellifik rSapi itu menyebabkan 

BpeIIifik 2 L 

Si Tuli itu menjadi pingsan. 

Terjemahan: Kemudian sapi itu menabrak Si Tuli, menjatuhkan­

nya, dan membuatnya pingsan. 

Untuk teks yang lebih panjang, kelihatannya lebih tepat digunakan 

kata RINGKASAN untuk satuan GENERIK itu. Dalam sebuah teks 

sering ada pengungkapan kembali beberapa satuan komunikasi secara 

generik. RINGKASAN semacam ini membantu mengenal batasan an­

tarsatuan yang l~bih besar dalam sebuah teks. 

B. Penjelasan tanpa pengungkapan kembali 

Sekarang kita akan menyelidiki hubungan penjelasan tanpa tum­

pang tindih informasi. Bagian yang satu bukan merupakan pengung­

kapan kembali dari bagian lainnya, dan kedua bagian itu tidak me­

ngatakan hal yang sama. Bagian kedua sekedar menjelaskan dengan 

menambahkan informasi baru. Informasi baru ini mungkin berupa 

perbandingan, ilustrasi, cara, atau kontras. Sekarang kita akan 

melihat contoh dari tiap jenis ini. 

L Perbandingan-INDUK 

Hubungan perbandingan-INDUK didasarkan atas titik kemiripan 

antaroua satuan. Kita telah membahas salah satujenis utama perban­

dingan dalam bab 23 tentang metafora dan simile. Kecuali untuk 

metafora, perbandingan itu biasanya diungkapkan dalam struktur 

gramatikal secara eksplisit dengan prefiks se-, atau kata sebagai, seper· 

ti, dan, atau daripada. 

HUBUNGAN ORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 315 

Contoh: Ia setinggi Budi. 

Ia sama tinggi dengan Budi. 

Informasi yang dibiarkan implisit .dalam bentuk gramatikal 

merupakan ·ciri khas suatu bahasa. Bentuk ini memberikan kesan 

bahwa hanya ada sebuah proposisi, padahal sebetulnya ada dua. Per­

hatikan contoh berikut: 

a. Rambutnya putih seperti kapas. 

Bagian terakhir putih dibiarkan implisit. Perhatikan proposisi di 

bawahini. 

[perbandingan ------ Kapas itu putih. 

INDUK--------- Rambutnya putih. 

b. Saya lebih tinggi dari dia. 

Proposisi kedua diwakili dengan kata dia, sehingga proposisinya 

yang lengkap yaitu dia tinggi. Perbandingannya yaitu antara saya 

tinggi dan dia tinggi. 

[

INDUK Saya sangat tinggi. 

perbandingan -- Dia tinggi. 

2. IluBtrasi-INDUK 

Peran ilustrasi digunakan untuk membicarakan peran perbandingan 

yang diisi oleh satuan yang lebih besar seperti paragraf. Ada yang lebih 

senang menggunakan kata contoh, tetapi kita akan menggunakan kata 

ilustrasi di sini. Dustrasi hanyalah perbandingan besar. Contoh ilus­

trasi berikut (yang tercetak miring) diambil dari Alkitab (Mrk 4:30-32): 

Allah akan mulai memerintah sangat sedikit orang dan akhimya 

akan memerintah sangat banyak orang seperti halnya tanaman sesawi 

yang mulai dengan benih yang sangat kecil dan tumbuh menjadi pohon 

yang sangat besar. 

3. Cara-INDUK 

Dalam hubungan cara-ThiTIUK, cara menjelaskan dan rnendukung 

INDUK dengan memberikan informasi yang menjawab pertanyaan, 

316 

"Dengan cara apa, bagaimana kejadian itu teIjadi?" Cara Bering meru­

juk ke sesuatu yang teIjadi secara serempak, dan memerikan bagai­

mana kejadian tertentu dilaksanakan. Misalnya, kalimat la berjalan 

cepat, meninggalkan teman-temannya terdiri dari dua proposisi: la 

meninggalkan teman-temannya dan la berjalan cepat. Proposisi yang 

kedua mempunyai peran cara. [INDUK--- Ia meninggalkan teman-temannya. 

cara ---- Ia beIjalan cepat. 

Contoh lain: la menyapu lantai menurut earn yang diajarkan ibunya. 

[INDUK -- la menyapu lantai (dengan cara tertentu). 

cara Ibunya mengajarinya menyapu lantai de­

ngan cara tertentu. 

4. Kontras-INDUK 

Hubungan kontras-INDUK muncul, jika terdapat paling kurang dua 

titik perbedaan antara kedua satuan itu dan satu titik kemiripan. Salah 

satu titik perbedaan itu mencakup pertentangan. Apabila dua proposisi 

dihubungkan melalui kontras-INDUK, maka harus ada: 

a. sebuah titik perbedaan atau kontras, 

b. sebuah perbedaan melalui pertentangan (biasanya positif­

negatif), 

C. sebuah kemiripan, atau paling tidak sebuah makna yang 

yang tumpang tindih. 

Kalimat Saya pergi kuliah han ini, tetapi Budi tidak terdiri dari dua 

proposisi Saya pergi kuliah hari ini dan Budi tidak pergi kuliah han ini. 

Perbedaan pertama yaitu antara saya dan Budi, dan perbedaan melalui 

pertentangan yaitu antara pergi dan tidak pergi. Kemiripan atau tum­

pang tindih maknanya yaitu dalam frase kuliah han ini. Oleh karena 

itu, hubungan antara kedua proposisi itu berupa INDUK-kontras. 

[

INDUK---Saya pergi kuliah hari ini. 

kontras ---Budi tidak pergi kuliah hari ini. 

HUBUNGANORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 317 

Dalam struktur gramatikal, yang mengkodekan kontras, beberapa 

informasinya mungkin dibiarkan implisit. Misalnya, dalam kalimat Se­

moo orang pergi ke pesta kecooli Budi, frase kecuali Budi mewakili 

proposisi Budi tiOOk pergi ke pesta. Bahasa Indonesia menggunakan 

kata kecuali untuk mengungkapkan hubungan ito, dan hanya per­

bedaan antara semoo orang dan Budi yang diungkapkan dalam kalimat 

itu. Akan tetapi, perbedaan melalui pertentangan ditemukan dalam 

pergi dan tiOOk pergi dan kemiripannya yaitu dalam £rase ke pesta. 

INDUK ----Semua orang lainnya pergi ke pesta. 

kontras --Budi tidak pergi ke pesta. 

Titik kemiripan atau tumpang tindih makna tidak selalu diungkap­

kan seperti dalam £rase kuliah hari ini dan pesta. Kemiripan itu dapat 

diungkapkan dengan sinonim atau antonim, tetapi tetap masih ada 

kontras. Misalnya, dalam kalimatBadu sangat cerdas, tetapi Budi tidak 

terlalu panOOi, perbedaan pertama yaitu antara Badu dan Budi. Per­

bedaan melalui pertentangan ditemukan dalam sangat dan tidak ter­

lalu. Kemiripannya ditemukan dalam sangat cerdas dan terlalu panOOi 

yang mempunyai tumpang tindih informasi sebagian melalui sinonim 

dalam konteks ini. 

Dalam kalimat Ia mengirimnya bulan lalu, tetapi saya baru 

menerimanya hari ini, perbedaan pertama yaitu antara ia dan saya. 

Perbedaan melalui pertentangan ditemukan dalam penggunaan konsep 

resiprokal menerima. Mengirim dan menerima merupakan Iawan kata. 

Kedua proposisi iiu yaitu Ia mengirimnya dan Saya menerimanya. 

Tidak ada kata negatif yang menunjukkan pertentangan karena an­

tonim itu sendiri menunjukkan pertentangan. Kemiripan terdapat pada 

kata mengirim dan menerima karena keduanya merupakan konsep 

resiprokal. (Untuk Iebih banyak contoh mengenai kontras, lihat 

Barnwell 1980:97.) 

Ketidakselarasan penanda hubungan 

Setiap bahasa mempunyai cara yang berbeda untuk mengkodekan 

hubungan. MisaInya, penandaan hubungan INDUK-perbandingan 

dalam bahasa Inggris berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa­

bahasa di Papua Nugini. Bahasa Inggris mempunyai tiga tingkat per­

bandingan, yaitu normal, komparatif ('/ebih ... j, dan superlatif 

('paling ... j. Perhatikan contoh berikut: 

318 

NORMAL 

big ('besarj 

fast ('cepafJ 

bad ('jelek? 

good ('baik? 

quickly (dengan cepat) 

quick ('cepaf) 

slow (7.ambat? 

KOMPARATIF 

bigger 

faster 

worse 

better 

more quickly 

quicker 

slower 

SUPERLATIF 

biggest 

fastest 

worst 

best 

most quickly 

quickest 

slowest 

Bahasa Indonesia tidak mempunyai penanda seperti -er dan -est, 

tetapi mempunyai kata lebih .... (dari/daripada ... J dan paling. Ban­

dingkan daftar berikut dengan daftar dalam bahasa Inggris di atas. 

besar 

cepat 

jelek 

baik 

lambat 

lebih besar 

lebih cepat 

lebihjelek 

lebih baik 

lebih lambat 

paling besar 

paling cepat 

paling jelek 

paling baik 

paling lambat 

[Dalam bahasa Indonesia, ada juga yang menambahkan perbanding­

an eksesif ke dalam ketiga perbandingan di atas. Perbandingan ini 

menggunakan kata-kata seperti amat sangat. Contohnya yaitu amat 

sangat pintar, amat sangat cantik.J 

Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia menggunakan komparatifun­

tuk membandingkan dua hal atau benda, dan menggunakan superlatif 

untuk tiga atau lebih hal atau benda. Misalnya, Parjo lebih tinggi daTi 

Anton, tetapi 7bno-lah yang paling tinggi. Tidak semua bahasa mem­

punyai bentuk ini. Dalam teIjemahan, mungkin harus dikatakan Parjo 

tinggi, Anton tidak setinggi itu. 7bno melampaui kedua temannya. Ia 

sangat tinggi. 

Terjemahan komparatif mungkin mencakup pelbagai jenis 

penyesuaian. Di sini diberikan beberapa contoh untuk memperlihatkan 

pelbagai bentuk gramatikal yang mungkin digunakan Wltuk meng­

kodekan hubungan perbandingan semantis. 

Kadang-kadang dalam gramatika, kata sangat digunakan untuk. 

menandai komparatif, misalnya, kalimat berikut diambil dari bahasa 

Ese Eija, Bolivia: 

Tumi Chucua ecuea quea-boti nee; Gonzalo ecuea boti'ama . 

. '!\uni Chucua -ku seperti sangat Gonzalo -ku seperti-tak 

Dalam bahasa Indonesia kalimat itu berarti Saya tidak menyukai 

kota Gonzalo seperti saya menyukai Tumi Chucua. Perhatikan, bahasa 

HUBUNGAN ORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 31~ 

Ese Eija menggunakan kata sangat dalam klausa yang satu, dan kata 

tiOOk dalam kIausa lainnya. 

Kadang-kadang dapat digunakan antonim (kontras dengan meng­

gunakan lawan kata). Kalimat Jeruk lebih manis dari lemon diter­

jemahkan ke dalam bahasa Ese Eija akan beru.pa: 

Nanaja quea-biquia,· nemohue quea-sese. 

Jeru.k manis; lemon asam. 

Kalimat bahasa Ese Ejja: 

Donaldo quea-ao nee; Juan quea-ao pishana. 

Donald tinggi sangat; Jack tinggi sedikit. 

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Donald lebih 

tinggi dari Jack. Contoh lain yaitu: 

mai quea-ca'a; pashiye quea-tona. 

Palem keras; (kayu) pala-maria Iembut. 

Kalimat ini diteIjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Kayu 

palem lebih keras dari kayu pala-maria. 

Bahasa Spanyol menggunakan bentuk berikut yang berarti Lukas 

besar, Badu lebih besar dan David paling besar: 

Pedro es grande. 

Petrus adalah besar. 

Juan es mas grande. 

Yohanes adalah Iebih besar. 

David es el mas grande. 

Daud adalah (artikel) lebih besar. 

Bahasa sasaran mempunyai bentuk tersendiri untuk mengungkap­

kan tingkat perbandingan, dan bentuk ini bisa sangat·berbeda dengan 

bentuk bahasa sumber. Perbandingan superlatiflebih rumit karena ada 

tiga hal yang dibandingkan. Bahasa Inggris mempunyai bentuk -est 

yang ditambahkan kepada kata seperti big, little. untuk menunjukkan 

superlatif seperti yang ditunjukkan dalam daftar di halaman sebeIum­

nya. Contoh berikut memperlihatkan cara menangani ketiga jenis per­

bandingan ini dalam bahasa-bahasa di Papua Nugini. 

Bahasa Indonesia: 

Kota Bandung lebih besar daripada kota Bogar, tetapi kota Jakarta 

paling besar. 

320 

Berikut ini yaitu saran penulisan kembali dalam bahasa-baha 

Papua Nugini: 

1. Kota Jakarta besar dan kota Bandung dan kota Bogor tid~ 

sebesar itu. 

2. Kota Bandung hesar; kota Bogor keeil; tetapi kota Jakan 

sangat besar. 

Masih ada banyak contoh lain lagi yang memperlihatkan penyim 

pangan antara struktur semantis dan struktur gramatikal dalam me 

wakili perbandingan itu. Di sini hanya diherikan beberapa contoh untul 

melatih kewaspndaan peneIjemah pada masalah ini. PeneIjemah tidal 

boleh meneIjemahkan perbandingan secara harfiah. Ia harus memo 

pelajari teks sumber untuk menemukan hubungan semantisnya, ke· 

mudian meneIjemahkan dengan bentuk bahasa sasaran yang seBuai 

Penerjemah harus menggunakan penyimpangan yang khas dalam 

bahasa sasaran, tetapi yang mungkin tidak khas dalam bahasa sumber. 

LATllIAN - Hubungan Orientasi dan Hubungan Penjelasan 

A. Contoh berikut menggambarkan hubungan keadaan-INDUK. 

Ada yang menunjukkan tempat, waktu dan latar belakang lain­

nya. Carilah bagian kalimat yang mengungkapkan propoBisi 

keadaan, dan terjemahkanlah kalimat itu ke dalam bahasa lain. 

1. Sewaktu Tuti berbelanja di pasar, ia melihat temannya. 

2. Persis saat matahari akan terbenam, mereka tiba di desa. 

3. Ia masuk ke rumah basah kuyup. 

4. Ketika jam menunjukkan pukul 12, semua orang berhenti 

untuk makan siang. 

5. Mereka meninggalkan perahu itu 'di tempat yang ber­

pematang. 

6. Ia tiba di pesta dengan mengenakan baju biru yang indah. 

B. Garis bawahilah :bagian kalimat berikut yang mengkodekan 

proposisi pengarah, dan teIjemahkanlah kalimat itu ke dalam 

bahasa lain. 

1. Nani ingin makan lontong. 

2. "Saya sudah capek belajar," kata Budi. 

3. Fanni mengatakan bahwa ia tidak tahujawabannya. 

4. Joko merasa sampan itu terlalu keeil untuk orang sebanyak 

itu. 

HUBUNGAN ORIENTASI DAN HUBUNGAN PENJELASAN 3&11 

5. Sewaktu mereka betjalan melalui kebun itu, Tuti merasa hari 

akanhujan. 

6. .. Jangan mendekati air tetjun itu," . teriak Pak Adam kepada 

anak-anaknya. 

C. Hubungan antarproposisi dalam tiap soal berikut adalah peng­

ungkapan kembali. Apakah hubungannya berupa INDUK­

padanan, INDUK-amplifikasi, ataukah GENERIK-spesifik? 

1.[ Teguhkanlah hatimu. 

Jangan takut. 

2'1 la datang ke rumah saya. 

L Ia berkendaraan. 

3'1 Ia berteriak keras-keras. 

L la mempromosikan hasil 

karyanya dengan suara 

nyaring. 

4.[ Hujan turun pada Malam 

TahunBaru. 

Hujan turun dengan 

derasnya. 

Teguhkanlah hatimu dan ja­

ngan takut. 

Ia berkendaraan ke runnah 

saya. 

Ia berteriak keras-keras un­

tuk mempromosikan hasil 

karyanya dengan suara nya­

ring. 

Hujan turun dengan deras 

pada Malam Tahun Baru. 

5. Ekonominya membaik. Ekonominya membaik, dan C Rakyat dan bisnis menda- rakyat dan bisnis mendatang­

tangkan lebih banyak uang. kan lebih banyak uang. 

6'1 Orang-orang kaget. 

LOrang-orang ingin tahu. 

Orang-orang kaget dan ingin 

tahu. 

D. Hubungan antar proposisi dalam tiap soal berikut adalah 

INDUK- penjelasan. Apakah hubungannya berupa INDUK-per­

bandingan, INDUK-ilustrasi, INDUK-cara, ataukah INDUK­

kontras? 

1. C Baju ini bague. 

Baju biru itu lebih bague. 

2'[la melakukan pekerjaan­

nya dengan cara tertentu. 

Ia telah diajarkan cara 

melakukan pekerjaannya. 

Baju biru itu lebih bagus 

daripada yang ini. 

Ia melakukan pekerjaannya 

dengan cara yang diajarkan 

kepadanya. 

322 

3.[ Saya makan rambutan dan Saya makan rambutan dan 

lengkeng. lengkeng, tetapi dia hanya 

Dia hanya makan lengkeng. makan lengkeng Baja. 

4.r-Ia pergi. 

L Ia gembira. 

5.[ Badu datang kemarin. 

Budi belum tiba 

Ia pergi dengan gembira. 

Badu datang kemarin, tetapi 

Budi belum tiba. 

E. Terjemahkanlah Boal di C dan D ke dalam bahaBa lain. 

Bab27 

Hubungan Logis 

Hubungan logis merupakan hubungan pendukung-INDUK non­

kronologis yang selalu terdapat konsep atau gaga san sebab-AKIBAT. 

Walaupun digolongkan nonkronologis, akibat biasanya mengikuti 

sebab menUlUt UlUtan waktu. Biasanya ada elemen waktu, tetapi tidak 

selalu. (Allah itu baik karena Ia Allah). Kerangka waktu tidaklah 

penting; yang penting ialah hubungan logis antarkedua satuan itu. 

Hubungan logis kadang-kadang disebut hubungan argumentasi. 

(Lihat Beekman dan Callow 1974:300,dan Barnwell 1980:178.) 

Sebelum membahas hubungan logis secara menyeluruh, kita akan 

melihat pembagiannya dan membandingkannya. 

1. Alasan-HASIL: Thno mencuci mobil itu, karena mobil itu kotor. 

HASIL----Thno mencuci mobil itu, 

alasan ---- (karena) mobil itu kotor. 

2. Sarana-HASIL: Dengan mencuci mobil itu, Thno membuat mo­

bil itu beniih. 

[ sarana ---- (Dengan) Thno mencuci mobil itu, 

HASIL mobil itu menjadi bersih. 

3. Tujuan-SARANA: Thno mencuci mobil itu agar mobil itu ber­

sih. 

[ SARANA---Thno mencuci mobil itu 

tujuan---- (agar) mobil itu bersih. 

324 

4. Konsesi-LAWAN HARAPAN: Walaupun '!bno mencuci mobil itu, 

mobil itu tidak hersih. 

kODSesi --- (Walaupun) '!bno mencuci mobil itu, 

LAWAN mobil itu tidak bersih. 

HARAPAN 

5. Dasar-KESIMPULAN: Mobil itu bersih, jadi '!bno pasti telah 

mencucinya. 

[ dasar . Mobil itu bersih, 

KESIMPULAN - Gadi saya berkesimpulan bahwa) '!bno telah 

mencuci mobil itu. 

6. Dasar-DESAKAN: Mobil itu kotor, jadi cucilah itu, '!bno. 

[

. dasar ' Mobilnya kotor. 

DESAKAN-- (Jadi saya memerintahkan) kamu, Tono, 

cucilah mobil itu! 

7. Syarat-KONSEKUENSI: Jika mobil itu kotor, '!bno akan men­

cucinya. 

syarat ---- (Jika) mobil itu kotor, 

AKIBAT ---- '!bno akan mencuci mobil itu. 

Dalam hubungan di atas, huruf besaniya menandakan INDUK gu­

gus proposisi dan mempunyai prominensi wajar. Misalnya, HABIL 

biasanya lebih promincn daripada alasan. Akan tetapi, jika proposisi 

lainnya lebih prominen, bentuk gramatikal bahasa itu dapat menandai 

proposisi prominen itu. Misalnya dalam kalimat Karena mobil itu kotor, 

1bno mencucinya, penulis bermaksud membuat alasan, sama prominen­

nya dengan HASIL. Dalam bahasa Indonesia, cara ini dilakukan dengan 

pengedepanan klausa alasan. Apabila proposisi alasan lebih prominen 

daripada HASIL, hubungannya dapat didiagramkan sebagai: 

[

basil ---- '!bno mencuci mobil itu. 

ALASAN--- (Karena) mobil itu kotor. 

HUBUNGAN LOGIS 325 

1. Alatlan-HASIL 

Dalam hubungan alasan-HASIL, proposisi yang mempunyai peran 

alasan menjawab pertanyaan "Mengapa hasilnya demikian?" Dalam 

bahasa Indonesia, hubungan ini sering ditandai dengan kata seperti ka­

rena, sebab, oleh karena itu, jadi, malta. Perhatikan kalimat berikut: 

1. Tini mengambil cuti karena ia capek. 

2. Karena capek, Tini mengambil cuti. 

3. Tini capek, maka ia mengambil cuti. 

4. Tini capek,jadi ia mengambil cuti. 

Dalam setiap kalimat di atas, struktur gramatikaInya sepadan de­

ngan struktur proposisi, tetapi menggunakan bentuk. yang berbeda­

beda untuk. menandai hubungan itu. 

Akan tetapi, penyimpangan antara struktur gramatikal dan struktur 

proposisi Bering terjadi. MisaInya 'Ifni kehilangan semangat dengan 

adanya pekerjaan yang menumpuk itu. Knlimat itu mewakili HASIL 

'IIni kehilangan semangat, dan alasan 'Ifni mempunyai banyak sekali 

pekerjaan yang harus dikerjakan. Di sini preposisi dengan digunakan 

dalam fungsi sekunder untuk. menandai hubungan alasan-HASIL. 

Biasanya dengan menunjukkan sarana. 

Dalam bahasaAguaruna, Peru, hubunganaIasan-HASILtidakditan­

dai dengan partikel khusus, seperti dalam bahasa Indonesia, tetapi 

seIaIu terdiri dari kutipan Iangsung. Perhatikan contoh di bawah ini 

(Larson 1978:91): 

____ -----i[pengarah --- Saya berkata 

alas an lSI Kamu tunggu saya! 

HASIL ------------- Saya kembali cepat-cepat ke 

seberang (sungai itu). 

Terjemahan: Karena saya telah meminta mereka menunggu saya, 

saya cepat-cepat kembali ke seberang sana. 

Dalam kalimat berikut, bagian kalimat yang mengkodekan proposisi 

alasan tercetak miring: 

1. 7bno begitu marah sehingga ia meneriaki anak-anak itu. 

2. Karena capek, Joko tidur agak pagi. 

3. Peter lupa membawa uang, karena itu ia tidak makan siang. 

4. Anak-anak tidak dapat bermain di Iuar karena hujan. 

326 

2. Sarana-HASIL 

Dalam hubungan sarana-BASIL, proposisi sarana menjawab per­

tanyaan "Bagaimana terjadinya hasil itu?" Hubungan sarana-HASIL 

sering diungkapkan dalam bahasa Indonesia dengan kata seperti de­

ngan atau melalui, misalnya Ia memenangkan perlombaan itu melalui 

latihan yang terus menerus. BASILnya yaitu ia memenangkan perlom­

baan dan sarana yang digunakan yaitu ia berlatih secara intensif. Sa­

rana sering mengandung gagasan yang ingin dicapai, sedangkan alasan 

tidak. Perhatikan contoh berikut ini (yang proposisi sarananya tercetak 

miring): 

1. Melalui kerja keras, ia dapat menyelesaikan tugasnya Iebih 

awal. 

2. Mereka mencegah masuknya pencuri ke dalam nunah melalui 

kewaspadaan penuh. 

3. Mahasiswa memenangkan tumamen dengan bermain kompak 

sekali. 

4. Dengan menyimpan uang di bank, ia menabung cukup 

banyak untuk membeli sebuah rumah. 

Cara bahasa menunjukkan hubungan ini dalam gramatika berbeda­

beda. Dalam bahasa Ese Ejja, Bolivia, verba dapat mengambil sufiks -jje 

yang menyatakan dengan memakai. Perhatikan contoh berikut: 

Ese Ejja: 

Doctoraa yacua caJ.je se jjaajaq uija 'yo 

Dokter menyuntik ia-dengan kita akan-sembuh 

I sarana 

- HASIL,-----

Dengan bantuan dokter yang menyuntik (kita) 

kita akan sembuh. 

Terjemahan: Kita akan sembuh dengan meminta dokter menyun­

tik kita. 

3. TuJuan-SARANA 

Dalam hubungan tujuan-SARANA, proposisi SARANA menjawab 

pertanyaan, "Apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini?" Ada 

tujuan yang disengaja, artinya sebuah SARANA sengaja digunakan 

untuk menghasilkan tujuan tertentu. Perbedaan antara sarana-HASIL 

dan tujuan-SARANA ialah bahwa HASIL sudah tercapai, sedangkan 

tujuan mungkin belum tercapati. Perhatikan perbedaan berikut: 

sarana-HASIL : 

tujuan-SARANA: 

HUBUNGAN LOGIS 327 

Dengan tekun belajar, ia lulus ujian. 

Agar dapat lulus ujian, ia belajar dengan 

tekun (tetapi ia tidak lulus). 

Dalam bahasa Indonesia, hubungan tujuan-SARANAsering ditandai 

dengan konjungsi agar, supaya, untuk, dan sehingga. Misalnya, kalimat 

Ia pergi memanggilnya untuk makan siang terdiri dari dua proposisi: 

SARANAnya yaitu ia pergi, dan tujuannya (agar) ia memanggilnya un­

tuk makan siang. Perhatikan contoh tambahan berikut (yang proposisi 

tujuannya tercetak miring): 

1. Thno pergi ke toko untuk membeli buku. 

2. Agar dapat tiba di sana tepat pada waktunya, mereka naik 

taksi. 

3. Saya datang untuk membangunkan kamu. 

4. Ia menjemur baju itu agar baju itu menjadi kering. 

Dalam contoh berikut dari bahasa Ese Ejja, sufiks iii dipakai untuk 

menyatakan peran tujuan: 

Ese Ellia: Chaco cue miya, daquijji epo'yojji. 

adalah. KeIja imperatif kamu baju-mempunyai 

[ SARANA --- Kamu bekeIja! 

tujuan agar kamu mempunyai pakaian. 

Terjemahan (bahasa Indonesia): Kamu harus bekerja untuk 

mendapatkan baju. 

Terjemahan (bahasa Yaweyuha, Papua Nugini): "Baju saya 

akan-dapat," mengatakan, pekerjaan kamu-harus-me­

lakukan. 

Sebab-Akibat Maksud Akibat Sebab meojawab pertanyaan: 

ALASAN-HASIL tidak sebenar- Mengapa hasilnya demikian? 

SARANA-HASIL ya nya Bagaimana teIjadinya hasil itu? 

SARANA-TUJUAN potensial Apa yang dilakukan untuk men-

capai tujuan yang diinginkan? 

Bagan 27.1 

328 PENERJEMAIiAN BERDASAR MAKNA 

Bagan 27.1 diatas (disadW" dari Beekman, Callow.dan Kopesec 1981: 

102) dapat membantu memperlihatkan perbedaan antarketiga hubung· 

an yang dibahas dil atas. 

4. KonseBi·LAWAN HARAPAN 

Hubungan konsesi-LAWAN HARAPAN mempunyai unSW" ya.ng ti-

dak didug~ sebelumnya. Ada tiga bagian dalam hubungan ini, yaitu: 

1. sebab (bagian konsesi),. 

2. akibat yang diharapkan, dan 

3. akibat yang tidak diharapkan (bagian LAWAN HARAPAN). 

Dalam bahasa Indonesia biasanya hanya dua dari tiga bagian itu 

yang dibuat eksplisit dalam gramatika. Misalnya, perhatikan kalimat 

berikut: Walaupun dokter menganjurkan Joko untuk tidak ke loor 

rumah, ia tetap pergi menonton bola. Ketiga bagian itu ialah: 

1. Sebab: Dokter menyuruh Joko tidak ke luar rumah. 

2. Akibat yang diharapkan: Joko tinggal di rumah. 

3. Akibat yang tidak diharapkan: Joko pergi menonton bola. 

Perhatikan, proposisi kedua (akibat yang diharapkan) tidak dima-

sukkan dalam kalimat. Yang muncul hanyalah akibat yang tidak diba­

rapkan dan sebabnya. Akan tetapi, kalimatMeskipun ada anjuran dok­

ter, Joko pergi menonton bola, alih-alih tinggal rumah, mencakup ke­

tiganya. Bentuk kalimatDokter menyuruh Joko tinggal di rumah, tetapi 

ia tidak mengindahkannya mencakup sebab, dan pengingkaran dari 

akibat yang diharapkan. Semua bentuk ini mempunyai makoa yang 

sarna. 

Dalam bahasa Indonesia, hubungan ini sering ditandai dengan kata 

seperti walaupun, walau, biarpun, meskipun, dan sungguhpun. Dalam 

kalimat berikut, proposisi konsesinya tercetak miring, dan informasi 

implisitnya ditambahkan dalam kurung. 

1. Walaupun anak-anak itu makan begitu banyak apel mentah, 

mereka tidak merasa mual. (Seharusnya mereka merasa 

mual.) 

2. Saya menunggu lama sekali, tetapi tidak ada yang datang. 

(Seharusnya seseorang akan datang.) 

3. Biarpun sudah dilarang mereka pergi juga. (Seharusnya 

mereka tidak pergi.) 

4. Walaupun bangun pagi, saya tetap harus bW"u-bW"u. (Seharus­

nya saya tidak terbW"u-buru.) 

HUBUNGAN LOGIS 329 

Dalam contoh berikut dari bahasa Ese Ejja, kata jama-tii dipakai 

untuk menunjukkan hubungan konsesi-LAWAN HARAPAN. 

Ese Ejja: Jjeya quea-pame nii, jama-tii chacochaco jjima. 

Sekarang bague sangat namun pekeIjaan belum. 

konsesi Hari yang cerah sekali (cuaca hari ini bague 

sekali). 

LAWAN HARAPAN- Ia belumjuga pergi keIja. 

sebab: Cuacanya cerah sekali hari ini. 

akibat yang diharapkan: Ia akan pergi bekeIja. 

akibat yang tidak diharapkan: Ia tidak pergi bekeIja. 

Terjemahan: Cuaca han ini bagus sekali, tetapi ia belum juga 

pergi bekeIja. 

5. Dasar-KESIMPULAN 

Hubungan dasar-KESIMPULAN menjawab pertanyaan "kenyataan 

apa yang merupakan dasar kesimpulan itu?" Hubungan antara dasar 

dan KESIMPULAN dapat dinyatakan dengan kata oleh karena itu, 

maka, pasti, saya berkesimpulan bahwa, atau kesimpulannya yaitu di 

antara kedua proposisi itu. Misalnya, kalimat Pintunya tidak terkunci, 

jadi Tini pasti berada di rumah terdiri dari dua proposisi. Dasarnya 

yaitu Pintunya tidak dikunci, dan KESIMPULANnya yaitu lIni pasti 

berada di rumah. Hubungan itu dapat dinyatakan dengan Pintu itu 

tidak dikunci, oleh karena itu saya berkesimpulan bahwa lIni berada di 

rumah. 

Contoh lain (proposisi dasarnya tercetak miring): 

1. Angin bertiup kencang sekali, pasti sebentar lagi akan 

turun hujan deras. 

2. Ia murung sekali karena ia gagal dalam ujian. 

3. Pasti Tini sudah datang, saya melihat anaknya tadi. 

Dalam contoh berikut dari bahasa Ese Ejja, hubungan dasar- KESIM­

PULAN dinyatakan dengan klaus a yang berdekatan satu sarna lain. 

Tidak ada kata atau sufiks yang menyatakan hubungan ini; hanya letak 

klausanya saja yang berdekatan. 

Ese Eija: Ova Maria pojia'a mano'yonaje Maria pojja'a manoje. 

Ia Maria mungkin sakit-tetap Maria mungkin sakit-mati. 

330 

[ dasar Maria sakit parah sekali. 

KESIMPULAN --Mungkin Maria akan meninggal. 

Tel'jemahan: Maria sakit parah sekali, mungkin akan meninggal. 

6. Dasar-DES4KAN 

Hubungan dasar-DESAKAN mirip sekali dengan hubungan dasar­

KESIMPULAN, tetapi dalam dasar-KESIMPULAN, KESIMPULAN­

nya merupakan suatu pernyataan; dan dalam dasar-DESAKAN, DE­

SAKANnya seIaIu merupakan perintah. Perhatikan perbedaan kedua 

contoh berikut: 

Dasar-KESIMPULAN: Lantainya bersih, karena itu seseorang 

pasti telah menyapunya. 

Dasar-DESAKAN: Lantainya sudah bersih, jadi jagalah 

supaya tetap bersih! 

Dalam bahasa Indonesia hubungan dasar-DESAKAN ditandai de­

ngan katajadi, maka, dan oleh karena itu. Perhatikan contoh berikut 

(yang proposisi dasarnya tercetak miring): 

1. Ayah baru saja mengecat meja itu,jadijangan menyentuhnya. 

2. Sudah malam sekali, ayo, kita tidur saja. 

3. Pulanglah sekarang, karen a kamu harus ke sekolah besok. 

4. Petrus suka makan ikan, jadi berikanlah dia yang banyak. 

Dalarn contoh berikut dari bahasa Ese Ejja, yang pertarna mem­

punyai penanda hubungan, yaitu jamajje; tetapi yang kedua tidak, 

kecuali letaknya yang berdekatan dan isi informasinya: 

Ese Ejja: 1. Ena poeje, jamaJje a'a poquijji! 

Hujan akan-datang jadi jangan pergi. 

2. Ena poeje, a'a poquijji! 

Hujan akan-datang jangan pergi. 

Struktur sernantis keduanya sarna: 

[ dasar Hujan akan turun. 

DESAKAN-- Kamujangan pergi! 

Tel'jemahan: Jangan pergi, hujan akan segera turun. 

HUBUNGAN LOGIS331 

7. Syarat.KONSEKUENSI 

Hubungan syarat-KONSEKUENSI juga merupakan jenis sebab­

AKlBAT, tetapi penyebabnya, yaitu syaratnya, adalah hipotetis atau 

ada sedikit un~ ketidakpastian. Hubungan ini sering dibagi lagi men­

jadi pengandaian dan fakta potensial. Subdivisi ini ditunjukkan da­

lam Bamwell1980:183-184. Kedua jenis itu secara khas ditandai de­

ngan katajika, misalnya Jika saja hal itu terjadi, hal ini pasti sudah 

terjadi. Contoh kongkretnya yaitujika Jika saja hujan, pasti saya sudah 

tinggal di rumah; Jika 7bno pulang pada waktunya, kami akan pergi. 

Bahasa Inggris mengenal tigajenis hubungan syarat-KONSEKUEN­

SI yang ditandai dengan kala, yaitu: 

1. yang mungkin akan teIjadi, misalnya If I know, I will tell you 

('Kalau saya tahu saya akan memberitahukanmu'). Di sini 

masih ada kemungkinan saya akan memberitahukanmu jika 

syaratnya saya tahu sudah terpenuhi. 

2. yang tidak teIjadi sekarang, karena syaratnya tidak ter­

penuhi, misalnya If I knew, I would tell you. Di sini karena se­

karang ini saya tiOOk tahu, maka saya tiOOk OOpat mem­

beritahukanmu. 

3. yang tidak teIjadi pada waktu lampau, karena syaratnya tidak 

terpenuhi, misalnya, If I had known, I would have told you. 

Karena dulu (sebelumnya) saya tiOOk tahu, maka saat itu saya 

tiOOk OOpat memberitahukanmu. Mungkin sekarang saya 

suOOh tahu, tetapi waktu itu saya tiOOk tahu. 

Dalam hubungan syarat-KONSEKUENSI yang berupa pengandaian 

(nomor 2 dan 3), syaratnya hipotetis atau dibayangkan, dan tiOOk, tiOOk 

akan, atau tiOOk diharapkan akan terjadi pada kenyataannya. Hubung­

an itu merupakan pemerian suatu syarat yang seharusnya terpenuhi 

tetapi tidak terpenuhi atau tidak diharapkan untuk dipenuhi. Misal­

nya, kalimat AnOOikata saya masih muOO, saya akan memilih tinggal 

di Eropa. Proposisi pertama merupakan persyaratan dan bertentangan 

dengan kenyataan, karena saya tidak muOO lagi. Proposisi saya akan 

pergi ke Eropa, yang merupakan konsekuensi, juga hipotetis. Contoh 

lain yaitu Jika saja kemarin ia tiOOk ketinggalan bus, pasti saja ia suOOh 

sampai di sana. Proposisi pertama merupakan persyaratan dan yang 

kedua konsekuensi. Kedua-duanya bukan kenyataan, tetapi hanya di­

bayangkan. Perhatikan, karena dalam bahasa Indonesia tidak dikenal 

kala, maka contoh terakhir ini dapat juga merupakan suatu prediksi 

yang mungkin teIjadi. Akan tetapi, dalam bahasa Inggris, perbedaan 

antara pengandaian dan fakta potensiul dapat denganjelas dibedakan 

3.12 

melalui kala. Dalam kedua contoh di atas, pengandaian ditunjukkan 

dengan kala lampau If I were younger, I would go to Europe dan If he 

had not missed the bus, he would be there now. Oleh karena dalam kedua 

kalimat itu persyaratannya tidak terpenuhi, maka konsekuensinyajuga 

tidak terpenuhi. Keduanya dinyatakan dalam kala lampau. Artinya, 

sebenamya hal itu bisa terjadi pada saat itu, tetapi tidak terjadi, karena 

syaratnya belum terpenuhi. Dalam bahasa Inggris kadang-kadang pro­

posisi pengandaian diungkapkan dengan kala mendatang, terutama 

untuk KEJADIAN yang tidak diharapkan terjadi. Misalnya, If I were to 

die tomorrow, who would run the store? ('Jika saya harus mati besok, 

siapa yang akan mengurus toko ini?') 

Jenis kedua dari hubungan syarat-KONSEKUENSI ialah fakta 

potensial. Dalam bahasa Inggris proposisi itu bisa dalam kala kini atau 

kala mendatang. Kitajuga tidak tahu apakah syarat itu akan terpenuhi 

atau tidak, yang berarli akan terpenuhi KONSEKUENSlnya atau 

tidak. Misalnya, If you get there earlier, sure you can get a seat ('Jika 

kamu tiba lebih awal, kamu pasti mendapat tempat'). Oleh karena ke­

jadian ini belum terjadi, kalimat ini hanyalah merupakan fakta poten­

sial. KONSEKUENSI pasti mendapat tempat duduk tergantung pada 

persyaratan tiba lebih awal. 

Dalam kalimat berikllt, bagian kalimat yang mengkodekan proposisi 

syarat diberikan dalam huruf miring. Keempat contoh pertama meng­

gambarkan pengandaian dan keempat lainnya menunjukkan fakta 

potensial. 

1. Jika saja kamu mengatakannya, pasti saya telah memban­

tumu kemarin. 

2. Jika saja tadi ia makan, pasti ia tidak akan selapar sekarang. 

3. '!bno pasti sudah berhasil naik bus itu, jika saja ia tidak 

berhenti untuk bercakap-cakap dulu. 

4. Tentu saja saya bisa datang lebih awal, jika kemarin kamu 

memintanya. 

5. Jika surat wasiat itu tidak ditandatangani, maka tidak dapat 

dianggap sah. 

6. Jika kamu bangun lebih awal, kamu akan melihat matahari 

terbit. 

7. Jika ia datang, berikan surat ini kepadanya. 

8. Masuklahjika Anda mempunyai tiket. 

Ada sejumlah bentuk gramatikal yang menunjukkan syarat-KON­

SEKUENSI dalam bahasa Ese Ejja. Contoh di bawah ini menyertakan 

terjemahan kata per kata dan terjemahan idiomatisnya. TeIjemahan 

idiomatis itu memperlihatkan bagian kalimat sumber yang merupakan 

syarat dan yang merupakan KONSEKUENSI. 

HUBUNGAN LOGIS 333 

1. Ese Ejja: Ba'i esho'ijo queeua, so' ma' 

Bulan baru-pada menanam gandum tidak-ada-satupun 

aeue. 

sebenarnya. 

Terjemahan: Jika Anda menanam jagung pada saat bulan muda, 

pasti jagung itu tidak akan berbiji. 

2. Ese Ejja: Eeue huanase dojoyaJo eyayo miya 

-ku istri mengambil-jika saya kamu 

queehuajeaje! 

akan-bunuh-(penekanan). 

Terjemahan: Jika kamu mengambil istri saya, saya akan bunuh 

kamu. 

3. Ese Ejja: Ena chama jojjemo shijje tii ajja 

Hujan tidak-satupun jika jagung tumbuh tidak 

pomee. 

akan. 

Terjemahan: Jika tidak hujan, jagung tidak akan tumbuh. 

4. Ese Ejja: Miya poqui maJie ea poquei'yo cue 

Kamu pergi jika penekanan pergi-tetap imperatif 

ya! 

fokus. 

Terjemahan: Jika kamu tetap ingin pergi, lebih baik kamu tidak 

usah kembali lagi. 

Ketidakselarasan urutan 

Urutan proposisi tidak ada yang tetap, tetapi proposisi-proposisi itu 

rnempunyai hubungan satu sarna lainnya. Dalam mengkodekan seke­

lornpok proposisi, urutan yang digunakan merupakan urutan wajar da­

lam bahasa sasaran. Urutan ini mungkin sangat berbeda dengan urutan 

dalam bahasa sumber. Misalnya, kalimat Saya akan pergi ke kota untuk 

membeli roti harus diterjemahkan ke dalam bahasa Upper Asaro, Papua 

Nugini dengan urutan sebagai berikut\ (Deibler dan Taylor 1977:1026): 

334 

Beleti rna meni hiz-el-ove 10 

Roti sedikit pembayaran buat-akan-saya mengatakan 

tauni-u' v-ol-ove. 

kota-ke-dalam pergi-akan-saya. 

Dalam bahasa Indonesia, tujuan biasanya mengikuti kIausa utama. 

Akan tetapi, dalam bahasa Upper Asaro, dan banyak bahasa lainnY8, 

tujuan muncullebih dahulu dalam struktur gramatikal. Dalam contoh 

berikut, ada dua proposisi yang berhubungan sebagai berikut: 

I INDUK--- (1) Saya akan pergi ke kota. 

L tujUBD (2) Saya akan membeli sedikit roti. 

Dalam bahasa Indonesia, kIausa yang mewujudkan proposisi INDUK 

tampillebih dahulu, tetapi dalam bahasa Asaro, tujuannya muncullehih 

dahulu. Perhatikanjuga, bentuk kIausa tujuan dari bahasaAsaro meru­

pakan kutipan. PeneIjemah jarang membuat kesalahan urutan kat8. 

dalam klausa, tetapi cenderung meneIjemahkan klausa, kalimat, dan 

paragraf dengan urutan yang sama dengan teks sumber. 

Kadang-kadang ada pilihan urutan dalam gramatika bahas8 

sasaran. Perhatikan kedua proposisi ini dalam bahasa Indonesia. 

I INDUK --- Saya pergi ke kota. 

L alasBD --''--- Saya ingin membeli sesuatu. 

Proposisi ini dapat diteIjemahkan dengan Saya pergi ke kota karena 

saya ingin membeli sesuatu, atau Karena saya ingin membeli sesuatu, 

saya pergi ke kota. Dalam bahasa tertentu, proposisi alas an sering 

mendahului proposisi INDUK, seperti dalam contoh bahasa Asaro di 

atas. Hal ini terutama berlaku untuk bahasa yang biasanya mengakhiri 

kalimatnya dengan verba utama. Oleh karena verba ini biasanya meng­

kodekan KEJADIAN dalam proposisi INDUK, semua kIausa yang 

mengkodekan proposisi lain akan mendahului klausa INDUK itu. 

Beberapa bahasa, misalnya, di Papua Nugini dan di daerah Amazon, 

Amerika Selatan, mempunyai urutan yang dianggap paling wajar. 

Urutan itu adalah urutan kIausa subordinat (yang mengkodekan pro­

posisi pendukung) yang hampir seIaIu muncul di depan kIausa yang 

membawahinya (proposisi INDUK). Urutan ini merupakan kebalikan 

dari urutan dalam bahasa Inggris; artinya klausa subordinat Iebih 

sering mengikuti kIausa utama. Sebagai persiapan untuk peneIjemah· 

an, ada baiknya peneIjemah mempelajari urutan klausa dalam bahasa 

HUBUNGAN LOG IS 335 

sasaran. Seorang peneIjemah yang meneIjemahkan ke dalam bahasa 

Renellese, Kepulauan Solomon, mendapati bahwa klausa alasan harus 

menduduki bagian belakang dalam kalimat. Sebalilmya, klausa konsesi 

harus seialu mendahului klausa utama. Tiap bahasa mempunyai urut­

an yang dianggap tepat dan wajar. 

Konstituen implisit dan hubungan implisit 

Dalam struktur semantis, semua informasi dimasukkan, tetapi da­

lam gramatika, beberapa informasi mungkin dibiarkan implisit, artinya 

tidak dikodekan sama sekali. (Hal ini telah dibahas di bab 4 dan sekali 

lagi dalam bab 34.) Kita telah melihat bagaimana PARTISIPAN atau 

KEJADIAN dari proposisi dibiarkan implisit dalam klausa atau 

kaliInat. Misalnya, dalam bentuk pasif, PELAKU tidak seialu diungkap­

kan dalam klausa. 

Begitujuga, pada tingkat hierarki yang Iebih atas, konstituen struk­

tur semantis atau hubungannya mungkin implisit dalam gramatika. 

Konstituen dan hubungan yang mungkin dibiarkan implisit dalam 

suatu bahasa mungkin eksplisit dalam bahasa lain. Bahasa tidak mem­

punyai aturan yang sama sehubungan dengan kapan suatu informasi 

harus dibiarkan implisit. Perhatikan contoh berikut. 

Kedua anak itu berada di bawah jendela sambil menunggu 

kesempatan untuk memanjat masuk dan merampas harta benda 

itu. TIba-tiba 7bno berkata, "Jangan sekarang. Ada orang 

datang." 

Dalam kalimat terakhir, bentuk,j~mgan sekarang mewakili 

keseluruhan proposisi, yang kebanyakan dibiarkan implisit. Hanya 

waktu dan bentuk negatif yang dibiarkan eksplisit. Keseluruhan pro­

posisi itu ialah Kita jangan masuk ke dalam ruangan itu sekarang. 

Dalam bahasa Indonesia, konteks terdekat membuat informasi yang 

tersirat itu menjadi jelas, tetapi mungkin bahasa lain mungkin mem­

biarkan informasi itu implisit. Misalnya, bahasa Aguaruna, Peru, tidak 

menggunakan tidak atau jangan tanpa disertai verba. Bentuk yang 

wajar untuk situasi ini dalam bahasa Aguaruna yaitujasta yang berarti 

tunggu. Jadi, tiap bahasa mempunyai cara mengungkapkan proposisi 

ini secara wajar dalam situasi ini. 

Kedua proposisi tersebut diatas ialah: 

I DESAKAN --Kitajangan masuk ke ruangan itu sekarang. 

L duar Ada seseorang datang. 

336 

Hubungannya tidak dinyatakan dalam bentuk. gramatikal seperti di 

atas, tetapi dengan konjungsi karena sebagai berikut: "7tdak sekarang, 

karena ada yang datang." Dalam contoh di atas, konjungsi ini tidak 

diperlukan, dan dibiarkan implisit, karena maknanya sudahjelas dan 

konteks. Dalam bahasa lain, penanda hubungan ini mungkin diper­

lukan. 

Dalam bahasa Ese Ejja, Bolivia, penanda hubungan sering dibiarkan 

implisit, dan hubungannya detandai dengan letak kedua klausa yang 

berdekatan. Kalimat Bulan baru-pada menanam, gandum tidak-ada­

satupun sebenarnya merupakan bentuk harfiah bahasa Ese Ejja untuk 

makna: 

syarat kamu menanam jagung pada saat bulan 

purnama 

KONSEKUENSI -- jagung tidak akan menghasilkan biji 

Dalam bahasa Indonesia, hubungan itu perlu dibuat eksplisit dengan 

menggunakan penanda jika, yaitu Jika kamu menanam jagung pada 

saat bulan purnama, jagung itu tidak akan berbiji. 

Alasan membiarkan informasi itu implisit sudah jelas. Jika setiap 

butir informasi struktur semantis dibuat eksplisit dalam bentuk gra­

matikal, banyak hal yang harus diulang berkf!.Jk,kali. Perhatikan lagi 

contoh paragraf tentang Shasta dan Bree (hIm. 276-276) dan banding­

kan dengan paragaf asal dalam bab 24. Informasi yang dibiarkan impli­

sit merupakan informasi lama, yaitu yang telah dikatakan sebelumnya. 

Sewaktu wacana itu berkembang, informasi yang telah diperkenalkan 

dapat dianggap telah dimengerti. Informasi lamalah yang dapat di­

biarkan implisit, dan tiap bahasa mempunyai bentuk. khusus untuk 

melakukan ini. Misalnya, pronomina dan proverba menggantikan 

nomina dan verba. Buku gramatika sering sekali menggunakan istilah 

elipsis untuk merujuk ke informasi yang telah diberikan dan kemudian 

dibiarkan implisit. 

Tiap bahasa mempunyai peranti gramatikal untuk. membiarkan in­

formasi itu implisit, akan tetapi caranya tergantung pada struktur 

bahasa yang bersangkutan. Mungkin cara yang digunakan dalam baha­

sa sasaran tidak sama dengan yang digunakan dalam bahasa sumber. 

Penerjemah harus menggunakan aturan (atau pola) elipsis bahasa 

sasaran yang wajar dan tidak menyalin eli psis bahasa sumber. Misal­

nya, untuk. menetjemahkan Petjanjian Baru Yunani ke dalam bahasa 

Aguaruna diperlukan penyesuaian sebagai berikut. Dalam Matius 2:2 

dikatakan: 

HUBUNGAN LOGIS 337 

Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dila­

hirkan itu? Oleh karena kami telah melihat bintangNya di 

'IImur dan kami datang untuk menyembah Dia. 

Bahasa Yunani hanya memasukkan kata karena dan membiarkan 

seluruh proposisi yang dirujuknya implisit. 

[ KESIMPULAN --- kami tahu ia telah dilahirkan 

dasar ------- kami telah melihat bintang itu .... 

Dalam teks sumber, dasarnya diberikan tetapi KESIMPULANnya 

tidak, tetapi d<a.l&m bahasa Aguaruna Kami tahu bahwa ia telah dila­

hirkan juga perlu dimasukkan. Bahasa Aguaruna membutuhkan 

kedua-duanya. Walaupun kesimpulan itu dengan jelas tersirat dalam 

:infonnasi kalimat yang mendahuluinya, tetapi mungkin perlu dibuat 

eksplisit dalam teIjemahan tertentu. 

Sejauh ini kita hanya menyebutkan contoh yang bahasa sumbernya 

membiarkan informasinya implisit dan bahasa sasaran membuatnya 

eksplisit. Hal ini dapatjuga teIjadi sebaliknya. Contoh berikut diambil 

dari terjemahan ke dalam bahasa Aguaruna dari PeIjanjian Baru Yuna­

ni. Dalam Yoh 5:8-12, dalam satu episode tentang penyembuhan orang 

lumpuh, klausa angkatlah tilammu dan dan berjalanlah diulang 

berkali-kali dalam teks sumber. Perhatikan kutipan berikut di mana 

kemunculannya diberikan dalam hurufmiring. 

Kata lesus kepadanya: " Bangunlah, angkatlah tilammu 

don berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu 

lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Thtapi hari itu 

hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang· 

yang baru sembuh itu. " Hari ini hari Sabat dan tidak boleh 

engkau memikul tilammu." Akan tetapi ia menjawab mereka: " 

Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan 

kepadaku: Angkatlah tilammu don berjalanlah." Mereka ber­

tanya kepadanya: Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: 

Angkatlah tilammu don berjalanlah'" Akan tetapi orang 

yang baru sembuh itu .... 

Persyaratan stilistika dari bahasa tertentu mungkin mengharuskan 

satu atau dua kemunculan dari angkatlah tilammu, dan berjalanlah 

dibuat implisit. Dalam bahasa Aguaruna, bunyinya sebagai berikut: 

Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu 

dan berjalanlah." Pada saat itu juga sembuhlah orang itu dan 

338 

melakukan seperti yang Yesus perintahkan. Akan tetapi, harl itu 

harl Sabat. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi berkata kepada 

orang yang baru sembuh itu, <SHari ini hari Sabat. Kamu tidak 

boleh membawa itu." Dan ia menjawab mereka, "'Orang yang 

menyembuhkan aku yang menyurohku." Kemudian mereka ber­

tanya kepadanya, "Siapa menyuruhmu?" Akan tetapi, orang yang 

baru sembuh itu .... 

Dalam bahasa sumber angkatlah tilammu, dan berjalanlah diung­

kapkan lima kali, tetapi dalam babasa sasaran, hanya satukali disebut­

kan secara eksplisit dan kemunculan lainnya dibiarkan implisit. Infor­

masi itu adalah informasi lama dan tidak perlu diulangi. 

PeneJjemah barus menggunakan bentuk bahasa sasaran yang wajar. 

Bentuk ini mungkin mengharuskan informasi implisit teks sumber 

dibuat eksplisit dalam teJjemahan, dan sebaliknya informasi eksplisit 

teks sumber dibuat implisit. 

Pelbagai fungsi penanda bubungan gramatikal 

Kata yang mempunyai makna primer seperti waktu berurutan, 

alasan, pemilihan bisa mempunyai makna sekunder sama. Misalnya, 

kata kalau mempunyai makna primer syarat dalam hubungan syarat­

KONSEKUENSI, tetapi dalam konteks berikut, kata itu tidak berarli 

syarat. 

Pintu itu terbuka. Kalau pintu itu terbuka, pasti nni ada di 

romah. 

Dalam contoh ini, kenyataaan bahwa pintu itu terbuka merupakan 

dasar KESIMPULAN nni pasti berada di romah. Kata kalau digu­

nakan dengan fungsi sekunder. Contoh lain yaitu, kata maka yang 

mettlpunyai makna primer dasar, seperti dalam kalimat Pintu itu ter­

buka, maka 7Ini pasti berada dirumah. Kalimat ini dapat juga di­

ungkapkan dengan Karena pintu itu terbuka, pasti 7Ini berada di 

romah. Jika digunakan maka, tidak ada penyimpangan antara hu­

bungan seinantis dan bentuk gramatikalnya. 

Konjungsi tetapi dalam bahasa Indonesia mempunyai makna primer 

kontras, Saya memasak nasi tetapi saya tidak memasak sayur sarna 

sekali. Namun tetapi juga mempunyai sejumlah fungsi sekunder. Jika 

orang yang meneIjemahkan dari bahasa Indonesia tidak menyadari ini, 

ia mungkin akan meneIjemahkannya dengan penanda kontr&s hahasa 

sasaran, padahal makna teks sumber tidak menyatakan kontras. Per­

hatikan contoh berikut yang menggunakan kata kata tetapi, tetapi 

maknanya tidak berkontr&s. 

HUBUNGAN LOGIS 339 

1. '!bno pendek tetapi ia jago main basket. konsesi· 

LAWAN HARAPAN 

2. '!bno merampok bank, tempi polisi menangkapnya. (lih di bawah) 

3. '!bno tampan tempi tidak bertanggung jawab. penggabungan 

Struktur semantis ketiga kalimat ini adalah sebagai berikut: 

1. [ konsesi '!bno pendek. 

LAWAN HARAPAN---'!bno bermain basket dengan baik. 

2. -1 INDUKl -- '!bno merampok bank. 

I

- alasan 

INDUK 2 -- '!bno mencoba melarikan diri. 

l ::~:)ber-r HASIL --- '!bno tidak melarikan diri. HASIL --L alasan --_ Polisi menangkap '!bno. 

3. [INDUK 1------ '!bno tampan. 

- INDUK 2 ------ '!bno tidak bertanggung jawab. 

(penggabungan) 

Dalam contoh nomor 2, dua proposisi dibiarkan implisit. Kata tempi 

bukan hanya tidak menunjukkan kontras, tetapi juga mewakili kedua 

proposisi yang implisit. Dalam kalimat 7bno merampok bank dan 

kemudian mencoba ~ntuk melarikan din; tempi ia tidak melarikan diri 

karena polisi menangkapnya, tidak ada pEmyimpangan konstituen 

maupun penanda hubungan. 

Dalam bahasa Indonesia, kata maka sering menandai dasar­

KESIMPULAN, tetapi dalam contoh berikut, kata itu menandai 

alasan-HASIL: "Ia merasa tidak enak badan, maka ia meminum obat." 

Bentuk yang tidak menyimpang yaitu "Karena ia merasa tidak enak 

badan, ia meminum obat," atau "Ia merasa tidak enak badan, karena 

itu, ia meminum obat." 

LATllIAN - Hubungan Logis 

A. Lihatlah kembali kalimat-kalimat contoh dalam tiap hubungan 

Iogis yang diberikan. (Ada empat atau delapan kalimat untuk. tiap 

hubungan.) Kemudian tetjemahkaniah ke dalam bahasa lain.